Loading...
Larger font
Smaller font
Copy
Print
Contents

Pustaka Roh Nubuat Djilid 1

 - Contents
  • Results
  • Related
  • Featured
No results found for: "".
  • Weighted Relevancy
  • Content Sequence
  • Relevancy
  • Earliest First
  • Latest First
    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents

    Kekajaan Jang Benar dan Palsu.

    “Tetapi djikalau matamu sakit, nistjaja segenap tubuhmu pun akan gelap!” Ajat 23. Dalam pengalaman orang-orang jang demi-kian pernah ada suatu saat apabila terang jang diberikan kepada mereka itu tidak disajangkan, sehingga terang itu mendjadi gelap. Kata malaikat itu: “Mustahil kamu tjinta dan berbakti kepada kekajaan dunia, dan beroleh kekajaan jang benar.” Ketika orang muda itu datang kepada Isa dan berkata kepadaNja, “Ja Guru jang baik, kebadjikan apa patut hamba perbuat, supaja hamba mendapat hidup kekal?” Matius 1-9 :16. Tuhan menjuruh orang muda itu pilih, berpisah dari kekajaannja dan beroleh hidup jang kekal, atau memeliharakan kekajaan itu dan kemudian hilang pula. Kekajaannja itu adalah lebih mahal harganja kepada orang muda itu daripada harta didalam sorga. Sjarat supaja ia berpisah dari hartanja serta memberikannja kepada orang miskin agar supaja boleh mendjadi pengikut al-Maseh dan beroleh hidup jang kekal, mendinginkan keinginan hatinja; maka pergilah ia dengan dukatjita hatinja.PN 119.3

    Orang jang ditundjukkan kepada saja sedang ribut-ribut hendak mendapat makota dunia itu, jaitu orang-orang jang akan mengambil tindakan jang bagaimanapun agar supaja memperoleh harta benda. Mereka sudah mendjadi gila terhadap soal itu. Segala pikiran dan tenaganja ditudjukan kepada perolehan kekajaan dunia. Mereka mengindjak-indjak hak orang-orang lain, menindis orang-orang miskin, serta orang-orang upahan dalam hal upahnja. Kalau mereka boleh mendapat keuntungan dari orang-orang jang lebih miskin dan kurang tjerdik dari mereka, dan dengan demikian berhasil mempertambahkan kekajaannja, mereka tidak akan merasa bimbang lagi untuk menindis mereka itu, malahan sampai melihat orangorang itu didjadikan pengemis.PN 120.1

    Orang-orang jang telah berambut putih, jang wadjah mukanja berkerut oleh karena ketjemasan, tetapi dengan rindu menggenggam harta jang didalam makota itu, adalah orang-orang tua, jang hanja beberapa tahun lagi lamanja hidup dalam dunia ini. Mereka masih tetap rindu hendak memperoleh harta-bendanja dalam dunia ini. Makin dekat mereka sampai kepintu kubur, makin rindulah hati mereka kepada hartanja itu. Keluarga mereka sendiri tidak beroleh keuntungan. Anggota-anggota keluarganja sendiri dibiarkan bekerdja lebih keras daripada jang boleh dibuatnja hanja untuk menjimpan sedikit wang. Mereka tidak menggunakan kekajaan itu untuk kebadjikan orang lain, ataupun kebadjikan mereka sendiri. Tjukuplah bagi mereka kalau mengetahui kekajaan itu ada padanja. Kalau kewadjiban mereka supaja menolong segala keperluan orang miskin, dan membantu pekerdjaan Allah dihadapkan kepada mereka, dengan segeralah mereka itu berdukatjita. Dengan segala senang hati mereka suka menerima karunia hidup jang kekal, tetapi mereka tidak mau supaja jang demikian itu meminta barang sedikit ongkos daripadanja. Sjarat-sjarat untuk mendapatnja ada terlalu berat. Tetapi Ibrahim sendiri tidak mau menahankan anaknja jang satu itu. Dalam penurutannja kepada Allah, lebih mudahlah baginja mengorbankan anak perdjandjian itu daripada banjak orang akan suka mengorbankan sebahagian daripada kekajaannja.PN 120.2

    Amat sedih hati melihat orang-orang jang seharusnja mendjadi sempurna buat kemuliaan, serta tiap-tiap hari menjediakan diri buat hidup jang kekal, tetapi mengkerahkan segala kekuatannja untuk memeliharakan kekajaannja dalam dunia ini. Orang jang demikian, saja lihat, tidak dapat menghargakan harta sorga itu. Kasih sajang mereka jang kuat kepada harta dunia menjebabkan mereka itu menundjukkan oleh perbuatannja bahwa mereka tidak menghargakan warisan sorga itu tjukup untuk mengadakan pe- ngorbanan buat itu. Orang muda itu menjatakan kesukaan hati menurut hukum, tetapi Tuhan kita berkata kepadanja bahwa masih kekurangan suatu perkara padanja. Ia ingin hendak mendapat hidup kekal, tetapi lebih sajang ia kepada kekajaannja. Banjak orang jang menipu dirinja sendiri. Mereka belum mentjahari kebenaran sebagaimana mereka mentjahari harta jang tersembunji. Segala kekuasaan mereka tidak digunakan dengan sebaik-baiknja. Pikiran mereka, jang sepatutnja diterangkan oleh tjahaja sorga, ada dalam kebimbangan dan susah. “Pertjintaan dunia ini dan segala pembudjuk kekajaan dan napsunja pada perkara jang lain itu masuk kedalam hatinja dan melemaskan sabda itu, djadinja tidak jaitu berbuah.” Markus 4 : 19. “Jang demikian”, kata malaikat itu, “tidak mempunjai ma’af.” Saja melihat tjahaja itu makin mundur daripada mereka. Mereka tidak ingin hendak mengetahui segala kebenaran jang hebat dan penting buat waktu ini, dan berpikir bahwa mereka pun berada dalam keadaan baik dengan tiada mengerti akan kebenaran itu. Terang mereka itu padam, maka mereka merabaraba dalam kegelapan.PN 120.3

    Larger font
    Smaller font
    Copy
    Print
    Contents