Fasal 33—Bagaimana Memeliharakan Hari Sabat.

Pada tanggal 25 December 1865, kepada saja ditundjukkan bahwa ada terlalu banjak keteledoran dalam hal pemeliharaan hari Sabat. Adalah berkurang usaha menjegerakan kewadjiban seharihari pada sepandjang enam hari bekerdja jang telah diberikan Allah kepada manusia serta ketelitian supaja djangan melanggar satu dari waktu jang sutji dan kudus jang Tuhan sediakan buat Dirinja. Tidak ada suatu usaha manusia jang harus dianggap begitu penting sehingga menjebabkan dia melanggar hukum Tuhan Hua jang keempat itu.PN 162.1

Ada hal dimana al-Maseh telah memberikan izin untuk bekerdja pada hari Sabat pun dalam menjelamatkan njawa manusia atau binatang-binatang. Tetapi kalau kita melanggar bunji hukum jang keempat untuk kepentingan diri kita sendiri dalam sudut kewangan, maka kita mendjadi orang pelanggar hari Sabat dan bersalah dalam pelanggaran segala hukum, karena kalau kita melanggar dalam satu perkara, kita bersalah dari semuanja.PN 162.2

Djikalau oleh karena ingin hendak menjelamatkan harta-benda, maka kita melanggar perintah Tuhan Hua jang njata-njata, apakah lagi jang kita tidak akan perbuat? Sampai dimana kita boleh tentukan perbatasannja? Melanggar dalam perkara jang ketjil, serta memandang kepada pelanggaran itu sebagai sesuatu jang bukan dosa, maka angan-angan hati mendjadi dikeraskan, segala perasaan mendjadi tumpul, sampai kita dapat melakukan jang lebih hebat dan bekerdja banjak tetapi kita masih dapat membanggakan diri bahwa kita terhitung diantara orang jang memeliharakan hari Sabat, padahal menurut ukuran al-Maseh, kita melanggar masing-masing dari Sepuluh Hukum Allah jang sutji itu. Maka adalah kesalahan pada pihak orang-orang jang memeliharakan hari Sabat dalam hal ini; tetapi Allah itu teliti adanja, dan semua orang jang merasa bahwa mereka menggunakan waktu sedikit, atau mengambil keuntungan brgi dirinja oleh melanggar sedikit waktu Tuhan, akan menghadapi kerugian pada satu masa kelak. Allah tidak dapat memberkati mereka itu sebagaimana Ia suka berbuat, karena Namanja tidak dimuliakan oleh mereka itu, dan hukum-hukumNja tidak diindahkan. Laknat Allah akan berlaku atas mereka itu, dan mereka pun akan kehilangan sepuluh kali ganda atau duapuluh kali ganda lebih daripada jang diperolehnja. “Bolehkah manusia menipu Allah? Maka kamu hendak menipu Aku, segenap bangsa ini hendak menipu Aku.”PN 162.3

Allah telah memberikan enam hari kepada manusia dimana ia boleh bekerdja untuk kepentingannja, tetapi Dia telah menahankan satu hari dimana Dialah terutama harus dipermuliakan. la harus dihormati, perintahNja diturut. Tetapi meskipun demikian 1867, djilid 1, muka 531—533. manusia mau menipu Allah oleh mentjuri sedikit waktu jang telah disediakan Chalik bagi Dirinja sendiri. Allah menahankan hari jang ketudjuh itu sebagai suatu masa perhentian bagi manusia, untuk kebaikan manusia serta kemuliaan Allah sendiri. Dia melihat bahwa segala keperluan manusia menuntut suatu hari perhentian dari pekerdjaan dan keluh kesah, agar supaja kesehatan dan hidupnja djangan dibahajakan oleh karena kurang masa perhentian dari pekerdjaan dan kekuatiran sepandjang enam hari.PN 162.4

Hari Sabat itu telah diadakan untuk kepentingan manusia; maka melanggar dengan sengadja hukum sutji jang melarang pekerdjaan pada hari jang ketudjuh adalah satu dosa dalam pemandangan sorga, satu dosa jang begitu besar sehingga mendatangkan hukuman mati pada zaman nabi Musa. Tetapi bukanlah hanja ini sadja jang akan ditanggung oleh pelanggar itu, karena Allah tidak akan membawa seorang pelanggar hukumNja masuk kedalam sorga. Orang itu harus menanggung kematian jang kedua, jaitu hukuman jang penuh dan terachir bagi orang jang melanggar hukum Allah.PN 163.1

* * * * *